Senin, 24 Januari 2022

KRITIK DESKRIPTIF

 

UNIVERSITAS GUNADARMA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

 


 

KRITIK ARSITEKTUR

METODE KRITIK DESKRIPTIF

 

Nama              : Giri Pratama Husna

NPM               : 22318941

Kelas               : 4TB05

 

 

 

 

JUDUL

Manifestasi Nusantara Mengkini pada Konsep Karya Interior Arsitektur Andy Rahman (Studi Kasus: Omah Boto)

 

PENDAHULUAN

Melalui serangkaian proses yang kian menjadi panduannya untuk semakin yakin pada idealismenya serta prosesnya menemukan arah arsitektur, Andy Rahman sedikit demi sedikit belajar, perlahan mendalami kemudian mempertahankan jati diri pada proses berkaryanya. Setelah menghadapi pengalaman hidup yang konon membawanya pada titik kredo: “Profesi Arsitekturnya sebagai Jalan untuk Kembali”-lah yang menjadi sebuah dasar spiritual baginya, hingga kini selalu ia coba ekspresikan sebagai sebuah “kecintaan” untuk menghasilkan karya yang lebih dari hanya sekedar tuntutan profesi.

Penggalian akan makna yang terkandung dalam konsep karyanya inilah yang coba penulis tangkap melalui telaah kritis dan mendalam terkait pemikiran Andy Rahman yang telah gigih melakukan riset yang dilakukan sejak 2014 hingga kini, mengenai Nusantara mengkini dan craftsmanship pada karya yang disebutnya Omah Boto.

 

TEORI

        A.Teori Arsitektur Nusantara

Indonesiasi arsitektur yang dimaksud adalah upaya membangun dan mengembangkan seni bangun atau arsitektur yang memiliki karakter, roh, jiwa dan nilai-nilai Indonesia. Arah atau orientasi pengembangan ini didasarkan oleh antisipasi derasnya arus pengaruh budaya asing, khususnya semenjak kolonialisme hingga pasca kemerdekaan. Didasari bahwa kolonialisme yang berlangsung tidak kurang dari setengah abad itu telah mengubah sebagian besar sendi-sendi kehidupan bangsa Indonesia, tidak terkecuali dalam bidang arsitektur dan interior.

B.             B.Nusantara Mengkini

Keberkelanjutan arsitektur Klasik Indonesia menuntut adanya pengkinian. Tujuan dari pengkinian arsitektur Nusantara adalah menjaga kesinambungan dan keharmonisan antara arsitektur percandian maupun etnik Nusantara. Pada arsitektur klasik Indonesia dalam hal ornamen adalah kenyataan bahwa kita memiliki khasanah yang sangat kaya dan beraneka ragam. Masing-masing anak bangsa ataupun daerah memiliki kekhususan dalam ornamennya.

 

METODE

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Di mana penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keberadaan nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

 

PEMBAHASAN

        A.Jiwa Sang Perancang

Omah Boto atau rumah bata yang berada di Sidoarjo, secara konsep tata letak ruang pada rumah adalah yang sejatinya terkuak sebagai modifikasi dari denah Joglo atau rumah Jawa. Dalam kaitannya pembagian zona ruang pendhapa, pringgitan dan dalem. Namun yang coba diimprove Andy Rahman di sini adalah menjawab mengenai konteks permasalah yang lebih mengkini, itulah alasan mengapa akhirnya Joglo pada Omah Boto tersebut dirancang secara vertikal. Rumah Tradisional di Indonesia pada umumnya dan Rumah Tradisional Jawa khususnya merupakan warisan nenek moyang yang tak ternilai harganya. Interiornya merupakan salah satu wujud sarana untuk berlangsungnya gaya hidup dan tata cara di masa lampau. Sunarmi menjelaskan bahwa, interior rumah tradisional yang ada merupakan satu wadah yang tidak dapat dipisahkan di samping eksistensinya sebagai karya seni. Interior rumah tradisional Jawa adalah karya seni sebagai fakta sosial yang muncul di masa lampau seiring dengan pengalaman hidup lainnya. Karena pada zaman dulu tanah masih murah dan aktivitas tidak terlalu banyak. Namun yang terjadi di zaman sekarang, tidak hanya tanah yang semakin mahal namun aktivitas juga menjadi semakin membutuhkan banyak ruang. Namun secara tipologi itulah yang ingin dimaknai Andy dalam Omah Boto, yang benar-benar merupakan terapan pendekatan yang sama dengan filosofi Joglo.

B.Kerinduan Sang Perancang

Andy coba memahami dan mengambil cara bagaimana orang Nusantara membangun sebuah rumah, bahwa rumah tradisional Jawa yang menjadi tempat tinggal nenek moyang kita dahulu adalah hasil sebuah rancangan dari banyak pertimbangan, tata cara dan urutan-urutan yang berlaku pada masing-masing daerah. Masing-masing yang disertai dengan pemaknaan dan klasifikasi perancangan dalam perhitungannya karena ketika itu yang coba diterapkan, maka yang akan terjadi adalah keselarasan antara pengguna dengan alam.

 

KESIMPULAN

Seperti layaknya proses membangun Omah Boto, bagaimana cara memasang dan metode yang digunakan: perlu kesungguhan, niat, penjelajahan/riset, ketekunan, serta hal-hal seperti ketelitian, keseriusan, ketelatenan, keuletan, itulah yang sejatinya merupakan sebuah analogi yang memperlihatkan betapa Andy Rahman memiliki niat untuk terus mau belajar, tanpa itu tidak akan ada dirinya yang dikenal masyarakat sekarang, karena tanpa niat sangat sulit dan bahkan tidak pernah akan ada cerita tentang sosoknya.

 

DAFTAR PUSTAKA

[1] Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitataif dan Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta, 2016.

[2] Sunarmi, dkk. 2007. Arsitektur dan Interior Nusantara. Surakarta: UNS Press

[3] Hidayatun, I. Maria. 2003. Belajar Arsitektur Nusantara dari Gereja Puhsarang Kediri Tinjauan ke-Bineka Tunggal Ika-an. Simposium Internasional jelajah arsitektur Nusantara. Teknik Arsitektur FTSP. Universitas Kristen Petra, Hal. 6.

[4] Pangarsa, W. Galih. 2008. Bahtera Kemanusiaan Nusantara di Laut karawitan Arsitektur. Seminar Nasional. Jurusan Arsitektur FTSP-ITS. Hal. 1-8

[5] Prijotomo, Josef. 2006. (Re-)Konstruksi Arsitektur Jawa. Wastu Lanas Grafika. Surabaya. Press.Yogyakarta.

[6] Moleong, J. Lexy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan ke20 (edisi revisi). ISBN 979-514-051-5. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

[7] Prijotomo, Josef. 1988. Pasang Surut Arsitektur Indonesia. CV. Ardjun. Surabaya.

[8] Prijotomo, Josef. 1995. Arsitektur Biak. Proceeding On Nusantarian Architecture, Change and Continuity. ITS. Surabaya.

[9] Prijotomo, Josef. 2010. Arsitektur Nusantara : Arsitektur Naungan, Bukan Lindungan. (Disunting oleh Hikmansyah dkk). Proseding Sewindu Arsitektuk Nusantara. Jurusan Teknik Arsitektur. UNKHAIR Ternate. Hal. 1-8.

[10] Prijotomo, Josef. 2005. Petungan: Sistem Ukuran Dalam Arsitektur Jawa. Gadjah Mada University

[11] Hidayat, Anas. 15 Cerita Arsitek Muda. Jakarta: PT. IMAJI Media Pustaka, 2017.

[12] Hidayat, Anas dan Andy Rahman. Nata Bata. Jakarta: Omah Library, 2019.

[13] Sunarmi, Guntur, dan Tri Prasetyo Utomo. Arsitektur dan Interior Nusantara Seri Jawa. Surakarta: Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, 2007.

[14] Roesmanto, Totok. Nirupa Rupa Arupa Arsitektur Nusantara. Semarang: Universitas Diponegoro, 1999.

[15] Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitataif dan Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta, 2016.

[16] Andy Rahman, komunikasi pribadi, 8 Maret, 2019

[17] ---- komunikasi pribadi, 5 Mei, 2019

[18] Andy Rahman. Omah Boto, 2017.

Sabtu, 15 Januari 2022

TUGAS LAPORAN REVIEW JURNAL

JUDUL

POLARISASI ARSITEKTUR MODERN DAN POST MODERN

IDENTITAS JURNAL

Jurnal Ilmiah Arsitektur UPH

PENDAHULUAN

Perdebatan arsitektur berupa polarisasi Arsitektur Modern dan Arsitektur Post Modern sempat mengemuka pada periode 1970-1980. Pada dasarnya hal tersebut tidak mencerminkan perkembangan dan situasi yang sebenarnya dalam dunia praktisi arsitektur, namun perlu dikenali secara mendalam sebagai suatu Fenomena. Revisi prinsip-prinsip arsitektur modern pada perkembangan lanjut berkaitan erat dengan fenomena polarisasi tersebut dalam kompleksitas akar-akar sejarah gerakan arsitektur modern. Di satu sisi arsitektur modern mengalami perlawanan dari gerakan baru yang disebut arsitektur Post Modern yang berorientasi futuristik, anti modern. Namun di sisi lain Arsitektur Modern mengalami revisi secara evolusioner dengan nama Late Modern, sebagai reaksi terhadap tumbuhnya gerakan baru tersebut. Pendapat Charles Jencks tentang fenomena tersebut adalah "Penulisan modernisme perlu dikaji secara mendalam untuk mengurangi kerancuan pengertian. Prinsip-prinsip tertentu arsitektur modern masih berlaku sebagaimana yang dilaksanakan pada praktek-praktek bangunan-bangunan arsitektur modern. Bagaimanapun fenomena tersebut harus dikenali, walaupun kaidah-kaidali estetika (yang tidak konvensional sebagai arsitektur modern) terjadi, namun bisa dinilai sebagai gaya sejarah." Charles Jencks menyatakan bahwa Late Modernisme sebagai kelanjutan dari arsitektur modern, masih berlaku berdampingan dengan Arsitektur Post Modern (dengan futuristiknya). Late Modern juga adalah suatu fenomena.yang terjadi,' terbukti dari keberdaah karya-karya arsitekturnya. Pada dasarnya arsitektur Modern.dan arsitektur Post Modern pada satu sisi dapat dipandang sebagai dua'duriia'yang terpisah, namun pada sisi lain'dapat disatukan dalam hal-hal tertentu,' sehingga' batas-antara keduanya tidak begitu jelas.

RINGKASAN JURNAL

Pompidou Centre merupakan konstruksi yang menggunakan teknis baru, yang berarti pemberian konstruktivisme sebagai ekspresi kontemporer, dan mengembangkan konsep yang lebih jauh bagaimana bangunan direkayasa. Namun sejak Pompidou Centre tersebut terdapat kecenderungan baru yaitu pengembangan bentuk-bentuk kubus putih menjadi kubus merah dan biru, yang mengakomodasi bentuk atap Le Corbusier: Villa Savoye, yang berwarna Pink dan biru yang mana pengembangannya diarahkan pada sensitifitas pancaindra {sensuous).

 

Cara pandang Postmodern muncul sebagai reaksi terhadap fakta bahwa modernisme tidak pernah mencapai impian yang dicita-citakan. Era modern yang berkembang antara abad ke-15 sampai 18, dan mencapai puncaknya pada abad ke-19 dan awal 20, memiliki cita-cita yang tersimpul dalam lima kata, yaitu: reason, nature, happiness, progress, dan liberty. Semangat tersebut telah menghasilkan kemajuan yang pesat dalam berbagai bidang kehidupan dalam waktu yang relatif singkat.

PEMBAHASAN

Uraian tersebut diatas menunjukkan bahwa faktor-faktor di luar arsitketur,

khususnya, sosial, politik, teknik dan filsafat pemikiran mempengaruhi gerakan-gerakan dan kecenderungan-kecenderungan perkembangan arsitektur. Pada abad pertengahan abad ke-19 teknologi pembuatan baja yang revolusioner telah menciptakan suatu gerakan arsitektur baru, dimana prinsip-prinsip struktur yang baru, dan tidak dikenal dikembangkan. Pada tahun 1920-an arah baru dalam arsitektur timbul dari perdebatan tentang masalah-masalah orang tinggal bersama-sama dikompleks perumahan dan apartemen bertingkat tinggi, dan oleh penolakan atas kosakata eklektisme. Gagasan - gagasan gerakan fungsionalisme dan gaya internasional, mengusai perkembangan arsitektur secara internasional pada beberapa dekade. Tabulasi perbandingan dari berbagai prinsip dan karateristik memperlihatkan bahwa contoh-contoh arsitektur karya arsitek tunggal, dapat digolongkan dalam berbagai tipe: rasonal, simbolik, psikologik.

KESIMPULAN

Sejarah modernisme dalam arsitektur membawa kita kembali ke perkembangan

sejarah arsitektur secara umum. Bahwa gerakan arsitektur semakin cepat berubah apabila ada upaya-upaya untuk menjegal gerakan-gerakan baru yang berlawanan dengan mainstream yang sedang berlangsung, hal itu terjadi selama tahun-tahun pendirian arsitektur modern. Begitupun pada pendirian gerakan postmodern yang berorientasi pada penghargaan sejarah masa klasik, yang ditentang oleh arsitektur modern. Kondisi tercebut mendorong terjadinya polarisasi Modern dan dan Postmodern, yang menunjukkan bahwa arsitektur adalah aspek yang bersifat dinamis, yang mencerminkan dinamika persepsi manusia dalam ruang, waktu dan gerak

DAFTAR PUSTAKA      

        ·        Jurnal Ilmiah Arsitektur UPH, Vol. 3, No. 1, 2006.

        ·        Gagasan Bentuk dan Arsitektur, Prinsip-Prinsip Perancangan Dalam Arsitektur Kontemporer (terjemahan).

        ·        Grenz, Stanley, A primer on postmodernism. Yogyakarta: Penerbit-Andi, 2001.

        ·        Jencks, Charles, Late Modern Dan Post Modern: Two Parties. London: 1985.

        ·        Jencks, Charles, The Language of Post-Modern Architecture, 4th ed. London: Academy Editions, 1984.

        ·        Klotz, Heinrich, Vision of Modern Architecture. London: 1985.

        ·        P., Dahana R., Jejak Postmodernisme: Pergulatan Kaum Intelektual Indonesia. Bandung: Penerbit Bentang, 2004.

        ·        Sutanto, Agustinus, Menuju Kode Arsitektur Supermodem. Dalam: Majalah Sketsa. Jakarta: Jurusan Arsitektur Universitas Tarumanagara, Edisi 16/04/00.